Dasar-Dasar Pembinaan Kondisi Fisik
Oleh Arie Asnaldi, S.Pd
A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Dalam Pembinaan Kondisi Fisik
Dalam rangka meningkatkan konstribusi olahraga sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka kegiatan
olahraga yang dilakukan tidak hanya sekedar memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat agar masyarakat Indonesia memiliki jiwa dan
raga yang sehat dan segar jasmani, tetapi lebih dari itu adalah untuk
mencapai prestasi yang maksimal dalam kerja maupun olahraga. Prestasi
olahraga bila ditinjau dari kepentingannya memberikan dampak positif
baik terhadap pribadi, maupun kelompok, bahkan dapat mengharumkan nama
bangsa dan negara.
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga perlu pendekatan ilmiah (
scientific approach). Kegiatan olahraga sekarang ini, tetapi juga ilmuan. Sehubungan dengan itu,
Bompa (1990)
memberikan ilustrasi tentang pendekatan dan sintesis dalam beberapa
disiplin ilmu untuk mencapai prestasi olahraga, sesuai dengan bagan pada
halaman berikut :
Bagan 1 : Ilmu-Ilmu penunjang yang memperkaya bidang ilmu pada teori dan metodologi latihan (Bompa, 1990; 12)
Kualitas latihan tidak tergantung dari satu faktor saja melainkan
dari bermacam-macam faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai
prestasi. Selain kemampuan, bakat dan motivasi atlit itu sendiri, juga
pengetahuan dan kepribadian pelatih, fasilitas dan peralatan, penemuan
dari ilmu yang membantu dalam pertandingan
(Bompa, 1990).
Latihan olahraga merupakan aktivitas yang sitematis dalam waktu yang
lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada
cirri-ciri fungsi fisiologik dan psikologik manusia untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Dari hal tersebut terungkap fakta bahwa
proses mencapai jenjang prestasi puncak memerlukan waktu yang panjang
dan perjuangan yang berat, sesuai dengan tuntunan cabang olahraga yang
ditekuni untuk mencapai suatu standar yang telah ditentukan (
Astrand dan Rodahl, 1986).
Morehause dan Miller (1971) yang dikutip oleh
Bompa (1990)
mengemukakan, melalui latihan seseorang mempersiapkan dirinya untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam istilah fisiologisnya, seseorang
mengejar tujuan perbaikan system organisme dan fungsinya untuk
mengoptimalkan tingkat kesegaran jasmani sehingga berdampak positif
terhadap prestasi dan penampilan olahraganya.
Latihan fisik dapat memberikan perubahan pada semua fungsi system
tubuh. Perubahan yang terjadi pada saat latihan berlangsung disebut
Respons, sedangkan perubahan yang terjadi akibat latihan yang teratur dan terprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan disebut
Adaptasi.
Terjadinya perubahan-perubahan fisiologis akibat latihan fisik,
berkaitan dengan penggunaan energi oleh otot, bentuk dan metode serta
prinsip-prinsip latihan yang dilaksanakan (
Brooks dan Fahey, 1985).
Latihan fisik atau olahraga berpengaruh baik terhadap fungsi jantung.
Akibat dari latihan, bahwa pada waktu istirahat jumlah denyut nadi
dalam 1 menit (denyut nadi) pada orang yang terlatih lebih rendah dari
pada yang tidak terlatih. Frekuensi nadi 40 – 60 pada olahragawan adalah
suatu hal yang tidak jarang dijumpai
Johnson dan Nelson (1986).
Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan
kekuatan otot, sedangkan kekuatan otot merupakan modal untuk mempermudah
mempelajari teknik, mencegah terjadinya cedera dan dapat mencapai
prestasi maksimal. Untuk mengetahui kemajuan suatu latihan fisik
Johnson dan Nelson (1986) mengemukakan, perlu dilakukan tes dan pengukuran sebagai suatu parameter kemampuan fisik (
parameter fisiologis).
B. Komponen Dasar Kondisi Fisik
Dalam membuat program latihan, seorang pelatih harus mempersiapkan
faktor fisik, teknik, taktik dan kejiwaan, karena keempat faktor
tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya
(Bompa, 1990). Seperti bagan berikut :
Bagan 2 : Piramida Faktor-Faktor Latihan
(Bompa, 1990 : 5)
Berdasarkan bagan di atas, kondisi fisik merupakan persiapan dasar
yang paling dominan untuk dapat melakukan penampilan fisik secara
maksimal. Komponen dasar kondisi fisik ditinjau dari konsep muskular
meliputi ; daya tahan (
Endurance), kekuatan (
strength), daya ledak (
power), kecepatan (
velocity/speed), kelentukan (
flexibility), kelincahan (
agility), keseimbangan (
balance), dan koordinasi (
coordination). Ditinjau dari konsep metabolic terdiri dari aerobik (
aerobic power) dan daya anaerobic (
anaerobic power) (
Bompa, 1977; Astrand dan Rodahl, 1986 ; Ruschall, 1980).
Dari komponen-komponen dasar kondisi fisik tersebut di atas, perlu
mendapatkan latihan yang sesuai dengan porsinya, karena komponen
tersebut mempunyai perbedaan dalam system enersi, bentuk gerakan, metode
latihan, beban latihan dan lain sebagainya yang digunakan pada berbagai
kegiatan olahraga
(Fox, 1988). Sesuai dengan motto
olimpiade modern “Citius-Fortius” (makin cepat-makin tinggi-makin kuat),
sangat ditentukan dari kinerja kemampuan kondisi fisik.
C. Pembinaan Kondisi Fisik
Tujuan pembinaan kondisi fisik tergantung dari kondisi maupun
keterampilan dari seseorang, seperti untuk pembinaan kesegaran atau
kebugaran jasmani seseorang, meningkatkan kemampuan biomotorik yang
dominan dibutuhkan terhadap peningkatan prestasi dari cabang olahraga
yang digeluti. Dalam menentukan tujuan pembinaan kondisi fisik perlu
diperhatikan dasar-dasar latihan antara lain adalah :
1. Untuk meningkatkan perkembangan fisik pada umumnya (
multi lateral phsical development).
Kondisi fisik yang baik merupakan dasar utama bagi seseorang baik
untuk kebugaran jasmani dan, apalagi bagi atlet untuk mencapai prestasi
setinggi-tingginya. Dari pengembangan komponen kondisi fisik sebagai
yang telah dikemukakan, di samping itu diharapkan dalam pertumbuhan
tubuh dapat mencapai perkembangan yang serasi.
2. Meningkatkan perkembangan fisik yang khas (
specifik physical development) yang dituntut oleh kebutuhan olahraga tersebut.
O’Shea (1976) membuat berbagai macam latihan beban untuk cabang olahraga yang memang memerlukan perkembangan otot-otot yang berbeda.
3. Untuk menyempurnakan teknik dari olahraga yang dipilih atau dibina
4. Untuk meningkatkan dan menyempurnakan strategi dan cara belajar
teknik. Optimasi taktik dan strategi harus disesuaikan dengan kemampuan
individu tersebut.
5. Untuk membentuk kepribadian dan prilaku sebagai sikap olahragawan yaitu sportif tahan terhadap penderitaan.
6. Untuk menjamin kesiapan tim. Dalam olahraga berkelompok maka
kesiapan sebagai tim sangat penting. Perlu diciptakan keselarasan dari
anggota tersebut dalam persiapan fisik, teknik maupun strategi.
Kemanunggalan perlu dipupuk terus menerus, tim harus merupakan suatu
unit bukan sebagai individu yang membentuk tim tersebut percaya pada
diri sendiri, gotong royong dan lain-lain.
7. Untuk membangun kesehatan. Hal ini dapat dicapai dengan cara yaitu
dalam latihan harus sering dilakukan pemeriksaan medik untuk dapat
mengkorelasikan antara intensitas latihan dengan kapasitas atlet. Perlu
diperhatikan pula pola bekerja atau berlatih dengan keras terhadap
regenerasi. Kalau atlet itu cedera atau sakit maka latihan baru dapat
dimulai lagi bila individu tersebut telah sembuh. Dalam olahraga ini
yang dituju janganlah hanya prestasi saja tetapi juga derajat kesehatan
dari atlet tersebut.
8. Untuk menghindari terjadinya cedera. Dengan mempersiapkan kondisi
fisik yang baik seperti ; kelentukan, otot-otot, tendon maupun ligament
yang kuat maka meskipun seseorang atau atlet sudah mencapai kemampuan
atau prestasi yang tinggi kalau kondisi fisiknya tidak terpelihara
kemungkinan terjadinya cedera pada waktu pertandingan cukup besar.
9. Untuk meningkatkan pengetahuan seseorang atau atlet mengenai dasar
latihan ditinjau dari segi physiologis maupun psychologisnya. Perlu
diketahui pula mengenai nutrisi, regenerasi maupun perencanaan.
Beolahraga di samping meningkatkan kebugaran dan prestasi, kadang-kadang
seorang berolahraga hanya untuk rekreasi saja dan ada juga yang
bertujuan untuk meningkatkan pergaulan.
D. Pembinaan Kesegaran Jasmani
Pembinaan kesegaran jasmani merupakan bagian dari pembinaan kondisi fisik. Istilah kesegaran jasmani merupakan terjemahan dari
physical fitness.
Physical berarti jasmaniah dan fitness berarti kecocokan atau kemampuan
(fitness = cocok, layak, patut atau mampu). Jadi physical fitness
berarti kemampuan jasmaniah.
Menurut
Sutarman (1975) “Kesegaran jasmani adalah suatu aspek, yaitu aspek fisik dari kesegaran yang menyeluruh (
total fitness),
yang memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup
yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap-tiap pembebanan
fisik (
physical stress) yang layak”.
Berdasarkan kutipan yang dikemukakan, berarti kesegaran jasmani
merupakan cermin dari kemampuan fungsi system-sistem dalam tubuh yang
dapat mewujudkan suatu peningkatan kualitas hidup dalam setiap aktifitas
fisik. Kesegaran jasmani merupakan kemampuan fisik yang dapat berupa
kemampuan aerobik dan anaerobic. Kemampuan fisik tersebut dapat dilatih
melalui program latihan. Kemampuan aerobik antara lain dapat diketahui
dari kemampuan system kardiorespirasi untuk menyediakan kebutuhan
oksigen sampai ke dalam mitokondria, sedangkan kemampuan anaerobic dapat
diukur dengan kemampuan ambang anaerobic dan kekuatan kontraksi otot
(Fox, 1988).
Kemampuan kerja seseorang yang mempunyai tingkat kebugaran yang
tinggi tidak sama dengan orang yang memiliki tingkat kebugaran yang
rendah. Pada orang yang memiliki tingkat kebugaran yang tinggi akan
mampu bekerja selama 8 jam dengan kemampuan kerja 50 % dari kapasitas
aeroik, sedangkan pada orang dengan tingkat kebugaran yang rendah hanya
mampu menggunakan 25 % dar kapasitas aerobik. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa kebugaran jasmani yang tinggi dapat menunjang gairah
kerja
(Sharkey, 1984).
Kesegaran jasmani dan kebugaran juga tidak terlepas dari faktor
makanan, karena bahan makanan diperlukan tubuh untuk sumber energi,
pembangun sel-sel tubuh, komponen biokatalisator dan metabolisme.
Makanan harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Kuantitatif maksudnya adalah perbandingan
jumlah karbohidrat, lemak dan protein yang dimakan harus disesuaikan
dengan dengan aktifitas seseorang. Pada orang yang normal karbohidrat
diberikan 55 – 60 %, lemak diberikan 25 – 30 % dari total kalori dan
protein dibutuhkan 1 gram/kilogram berat badan, sedangkan pada atlet
dapat diberikan 10 – 15 % dari total kalori. Selanjutnya secara
kualitatif maksudnya bahan-bahan yang selalu ada dalam makanan
(karbihidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) dan jumlahnya
dapat diberikan lebih banyak jika diperlukan
(Lamb, 1984).
Ruang lingkup kesegaran jasmani, meliputi :
- Anatomical fitness
- Physiological fitness
- Psychological fitness
Seorang dikatakan mempunyai anatomical fitness untuk melakukan
usaha/kegiatan, apabila ia memenuhi persyaratan kelengkapan
anggota-anggota yang diperlukan untuk melakukan sesuau kegiatan
(memiliki bentuk tubuh yang baik).
Jika seseorang dikatakan mempunyai physiological fitness adalah
apabila ia dapat melakukan pekerjaan dengan efisien, tanpa timbul
kelelahan yang berarti dan dapat pulih kembali (recovery) dengan cepat
kalau timbul kelelahan sebagai akibat kegiatan tersebut. Semua kegiatan
memerlukan kegiatan otot, dan daya tahan otot, walaupun tidak sama untuk
bermacam-macam kegiatan. Secara singkat physiological fitness ialah
kegiatan tubuh untuk berfungsi secara maksimal.
Seseorang dikatakan mempunyai psychological fitness adalah apabila ia
memiliki kestabilan emosi, jika ia melakukan suatu kegiatan bila ia
mempunyai sifat-sifat mental yang diperlukan, misalnya kemauan yang
besar serta memungkinkan mengatasi atau tidak menghiraukan rasa yang
tidak menyenangkan dan sebagainya.
Selanjutnya
Sadoso (1984) mengemukakan, kesegaran
jasmani lebih bertitik berat pada physiological fitness ; yaitu
kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas
fisiologis terhadap keadaan lingkungan (ketinggian, kelembaban, suhu
dan sebagainya). Jika dikatakan hubungan antara kesegaran jasmani dengan
pengertian kesehatan secara fisiologis akan saling mengisi, sehingga
dapatlah kiranya secara mendasar dikatakan sama. Berdasarkan beberapa
pengertian kesegaran jasmani yang dikemukakan dapat diungkapkan kaitan
antara kesegaran jasmani dengan kesehatan dan aktivitas fisik sesuai
denan gambar pada halam berikut :
Gambar 1 : Hubungan antara kesegaran jasmani, kesehatan dan aktivitas fisik
(Bouchard, 1990 ; 5).
Dari gambar di atas, dapat dikemukakan beberapa pengertian tentang
pengaruh antara kesegaran jasmani dengan kesehatan yang meliputi
kesehatan yang baik, tingkat sakit serta tingkat kematian. Untuk
mendapatkan kesegaran jasmani yang baik dipengaruhi oleh kerja
(aktivitas fisik) serta waktu istirahatnya seseorang. Di samping itu
kesegaran jasmani juga dipengaruhi oleh keturunan, gaya hidup, keadaan
lingkungan, serta kebiasaan seseorang.
Kesegaran jasmani harus dipandang sesuatu yang berlanjut dan
bertingkat, mulai dari tingkat yang sangat rendah sampai ketingkat
maksimal.
Kesegaran jasmani yang rendah adalah sanggup melakukan tugas
sehari-hari tetapi dengan kesukaran, mengalami kelelahan dan kekurangan
energi. Johnson (1977) antara lain mengemukakan bahwa tingkat kesegaran
jasmani antara lain seperti ; (i) kemampuan fisik yang tidak efisien
(physical inefficiency), (ii) emosi yang tidak stabil, (iii) mudah
lelah, dan (iv) tidak sanggup mengatasi tantangan fisik dan emosi.
Sedangkan tingkat kesegaran jasmani yang cukup adalah sanggup melakukan
tugas sehari-hari tanpa lelah dan mempunyai cadangan energi.
Selanjutnya
Cooper dan Brown (1985) mengemukakan, cirri-ciri dari tingkat kesegaran jasmani yang berada di bawah standar adalah :
1). Menguap di meja kerja
2). Perasaan malas dan mengantuk sepanjang hari
3). Cenderung bertingkah marah
4). Merasa lelah dengan kerja fisik yang minimal
5). Terlalu capek untuk melakukan aktivitas senggang
6) Penggugup dan mudah terkejut
7) Sukar rileks
Mudah cemas dan sedih
9) Mudah tersinggung
Moeloek (1984 ;3) mengemukakan, unsur-unsur kesegaran jasmani, yaitu :
1). Daya tahan Cardiovascular-respiratory
2). Kekuatan Otot (
Muscle strength)
3). Daya otot (
muscle explosive power)
4). Kelentukan (
flexibility)
5). Kecepatan (
speed)
6). Kelincahan (
agility)
7). Keseimbangan (
balance)
8). Koordinasi (
coordination)
9). Ketepatan
(accuracy).
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat unsur-unsur kesegaran jasmani
meliputi kemampuan dari system jantung dan peredaran darah serta
pernafasan. Di samping itu juga kemampuan dari system neoromuskular
serta keterampilan gerak dasar. Berarti kesegaran jasmani tidak hanya
dipusatkan kepada perkembangan otot yang hebat, menyenangkan karena
memancarkan kekuatan yang terselubung di dalamnya tetapi semuanya itu
tidaklah mutlak, karena tingkat kesegaran jasmani lebih ditentukan oleh
kapasitas metabolic seseorang yang tergantung kepada kemampuannya untuk
menyalurkan oksigen ke otot-otot. Sebagaimana telah diketahui bahwa
kemampuan tersebut terletak pada efisiensi dari jantung, pernafasan,
system peredaran darah dan otot.
Pengukuran tingkat kesegaran jasmani antara lain dapat dilakukan dengan tes 2,4 km atau 12 menit, tes langkah dari
Brouha atau tes
Harvard (
Harvard Step Test) dan lainnya.
E. Persiapan Fisik
Dalam suatu program latihan persiapan fisik untuk mencapai kebugaran dan apalagi prestasi yang penting diketahui adalah :
1. Mempersiapkan fisik pada umumnya (General Physical Preparation = GPP)
Pada umumnya persiapan fisik memerlukan waktu yang lama bila
dibandingkan dengan tahap penyempurnaan biomotorik. Lebih tinggi
kapasitas kerja seseorang atlet, lebih mudah pula ia menyesuaikan pada
peningkatan latihan yang diselenggarakan secara terus menerus.
Selanjutnya untuk lebih dapat memahami tuntuna cabang olahraga yang
bersangkutan maka perlu dilakukan persiapan fisik khusus.
2. Persiapan Fisik Khusus (
Specific Physical Preparation = SPP)
Persiapan fisik khusus didasari oleh persiapan fisik umum. Atlet
dituntut untuk mencapai prestasi yang tinggi sehingga dituntut untuk
mengembangkan otot-otot maupun enersi yang khusus untuk berolahraga
tersebut. Dalam setiap program latihan seharusnya harus ditentukan dulu
system enersi predominannya (predominant energy system). Di samping itu,
untuk dapat mengerti mengenai “predominant energy system” maka perlu
diketahui bagaimana ebenarnya penyediaan enersi di dalam tubuh atau
dikenal dengan istilah konsep enersi berlangsung (
Energy Continum Concept).
3. Penyempurnaan Kemampuan Biomotor Khusus (
Perfection of Specific Biomotor Abilitis).
Tujuan latihan di sini ialah untuk meningkatkan dan menyempurnakan
gerakan-gerakan yang khusus serta potensi atlet untuk memenuhi tuntutan
dari olahraga yang dipilihnya.
Nosseck (1982) berpendapat bahwa akhirnya “sport technique” adalah sangat penting untuk dapat mencapai prestasi.
Pada olahraga yang dituntut untuk kemampuan tinggi maka apabila
seorang atlet tekhnik olahraganya kurang sempurna maka diperlukan
kompensasi dari kualitas yang lain, umpamanya dengan kekuatan yang lebih
besar dari kualitasnya yang lain, umpamanya dengan kekuatan yang lebih
besar.
Latihan
1. Jelaskan keterkaitan disiplin ilmu yang menunjang pembinaan kondisi fisik?.
2. Jelaskanlah peranan kondisi fisik dalam pembinaan kesegaran jasmani dan olahraga prestasi?.
3. Jelaskanlah tujuan pembinaan kondisi fisik?.
4. Jelaskanlah persiapan kondisi fisik dalam meningkatkan kemampuan fisik?.
Rangkuman
Pembinaan kondisi fisik dalam menunjang metode dan teori latihan
perlu melalui pendekatan secara ilmiah. Komponen kondisi fisik dapat
ditinjau dari konsep muscular meliputi ; daya tahan (
endurance), kekuatan (
strength), daya ledak (
power), kecepatan (
velocity/speed), kelentukan (
flexibility), kelincahan (
agility), keseimbangan (
balance), dan koordinasi (
coordination). Ditinjau dari konsep metabolic terdiri dari aerobik (
aerobic power) dan daya anaerobic (
anaerobic power).
Tujuan pembinaan kondisi fisik antara lain adalah untuk meningkatkan
perkembangan fisik pada umumnya (multi lateral physical development),
Meningkatkan perkembangan fisik yang khas (specifik physical
development), menyempurnakan tekhnik dari olahraga yang dipilih atau
dibina. Untuk meningkatkan dan menyempurnakan strategi dan cara belajar
tekhnik. Persiapan fisik berarti mempersiapkan dan menyempurnakan
strategi dan cara belajar tekhnik. Persiapan fisik berarti mempersiapkan
fisik pada umumnya, persiapan fisik khusus dan penyempurnaan kemampuan
biomotor khusus.